Senin, 07 Maret 2011

belum tau judulnya nie :D


5..4..3..2..1..
teng…teng…teng…
Suara lonceng sekolah berbunyi dengan nyaring.
“yes holiday ku telah dimulai, goodbye school, goodbye book”, tuturku sambil berlari meninggalkan kelas. Riani dan Nissa menggeleng-geleng melihat aku tersenyum senang menyambut liburan ini. Aku seneng banget, akhirnya liburan yang aku tunggu dari beberapa bulan yang lalu, sekarang telah tiba. Dengan cepat aku lari ke mobil jemputan yang dari tadi sudah menungguku didepan gerbang sekolah.
“ayo Yah cepat kita kebandara, teman-teman Irsha udah nunggu Irsha dibandara”, kataku dengan nada tidak sabar. Sambil menggeleng Ayah berkata “ sabar, gak usah buru-buru Sha, gak bakal ketinggalan pesawat kok”, “lagi pula pesawatnya kan datang jam 2, sedangkan ini masih jam 11”, ujar sang Ayah.
Begitu lah sikap Irsha, anak semata wayang Pak Rangga yang beranjak dewasa. Sikapnya yang tidak sabaran, tomboy dan terkesan cuek itu lah membuat Irsha di kejar-kejar banyak lelaki sebayanya. Irsha Gamal adalah gadis belia berumur 15 tahun yang bersekolah di SMAN 24 Yogyakarta. Dan hari ini dia akan pergi berlibur bersama teman-temannya di Bandung.
“Irsha jangan nakal, jangan macam-macam disana dan jangan ngerepotin orang oke sayang”, ujar Ayah Irsha sambil memeluk anak gadisnya itu.
“oke yah, tenang aja Irsha gak bakal ngerepotin orang dan gak bakal nakal kok”, jawabku. Setelah beberapa saat Irsha pun melepas pelukan Ayahnya dan bergegas masuk keruang tunggu.
*****
Perjalanan menuju Jakarta sangatlah melelahkan untuk Irsha, dia terlihat diam saja selama berada diaatas pesawat. “mau makan dulu Sha? atau mau langsung ke Bandung? ” tanya Tante Lilis yang ikut ke Bandung bersama dia. Irsha menoleh dan berkata “langsung ke Bandung aja deh tante, Irsha lagi males makan, lagi pula temen-temen juga udh gak sabar pengen cepat sampai”, “yaudah kalo gitu, kita langsung beli tiket bis untuk ke Bandung”, ujar Tante Lilis cepat.
 “Sha, kamu kok melamun sih?”, ujar Dana
“hah? em a-aku gak melamun kok Dan”, jawabku linglung
“jangan bohong deh, aku perhatikan kamu diam aja dari tadi”,
“hahaha iya gitu? biasa lah, aku mabuk perjalanan nih, makanya diam aja”, tutur Irsha
            Dana pun mengangguk pertanda mengerti. Ternyata Irsha akan menjadi pendiam saat dia mabuk dalam perjalanan. Padahal biasanya dialah yang paling gak bisa diam, pikirnya dalam hati. Tanpa pikir panjang Dana pun langsung tidur di bis. Sedangkan Irsha, asik memandangi pemandangan malam selama perjalan sambil SMS-an dengan temannya. Lama kelamaan Irsha pun menjadi ngantuk dan tertidur dengan nyenyak.
“Sha bangun, udah sampai nih”, Irsha pun bangun dengan mata masih mengantuk. “huaammm, akhirnya sampai juga di Bandung”, ujar Irsha sambal tersenyum.
“egh itu Ranof sama Martin udah nunggu kita”, teriak Vian dengan semangat.
“oke Vian, aku liat mereka sudah, jadi berhenti menjerit okay”, ujar Dana sambil menutup telinganya.
            Vian, Dana dan Irsha bergegas mengambil barang mereka dan pergi menghampiri Ranof dan Martin (anak tante Lilis) . Akhirnya mereka kembali semangat, pikir tante Lilis
“hai Nof ”, sapaku manis.
“hai juga neng”, jawab Ranof sambil tersenyum.
“Cape neng? Mau pulang ikut Ranof atau ikut Martin atau ikut taksi?”, tanyanya
“Ikut gue aja Sha”, sahut  Martin
“ya deh aku ikut lu aja”, ucapku
Dengan segera aku pun menaiki motor dan kami pun langsung melanjutkan perjalanan menuju rumah. Wah, ternyata Bandung masih ramai walaupun udah jam 1 pagi, pikirku dalam hati. “gak dingin Sha?” tanya Martin tiba-tiba. “dingin lah, kau enak pakai jaket”, jawabku dengan judes.
Tiba-tiba Martin menghentikan motornya dan melepas jaketnya. “nih pakai, dari pada lu masuk angin, gue lagi yang repot”, ujarnya sambil tertawa. Tanpa basa-basi aku langsung saja memakai jaketnya yang kegedean dan kami pun kembali melanjutkan perjalanan.
****
Sesampainya dirumah tante Lilis yang di Bandung, aku, Vian dan Dana langsung pergi tidur. Kami bertiga tidur diruang tamu, tepatnya didepan TV. Karena udara yang sangat dingin kami bertiga pun rebutan selimut.
Keesokan harinya, kami bertiga dibangunkan pagi-pagi sekali. Kami diajak pergi ke Gashibu, yaitu pasar yang hanya ada di hari minggu. Letaknya tak jauh dari Gedung Sate.
“tante laper”, ujar Vian.
“iya tante laper nih”, sahut Dana
Tanpa menjawab, tante Lilis langsung membawa kami makan bakso Mas Otong yang ada di deket situ.
“mau yamin atau bakso kuah?” tanya tante kepada kami.
“saya bakso kuah aja deh tante”, ujarku.
“kami berdua yamin tante”, “kami mau coba makanan yang aneh-aneh” ujar Vian sambil tersenyum kepada Dana.
“Mas yaminnya 2 bakso kuahnya 2”, ujar Tante Lilis.
Setelah selesai makan, kami langsung mencari angkot menuju rumah. Wah ternyata setiap angkot ada jurusannya, jadi kita gak bisa sembarangan naik angkot nih, pikirku sejenak.
“angkotnya rata-rata namanya depannya ‘c’ yah”, ujarku. “iya ada yang ciamplas, cisitu, ci apa lagi tadi yah, lupa aku”, ujar Dana sambil menggaruk-garuk kepala.
“kiri-kiri”, ujar Tante Lilis.
“loh tante kok kita berhenti disini?”, tanyaku bingung.
“yah angkotnya cuma sampai sini aja Sha, gak  sampe depan rumah”, jawab tante
“jadi kita jalan kaki?”, tanyaku lagi
“iya Irsha, deket kok”, jawab Tante Lilis sambil tersenyum.
****
Beberapa saat kemudian, kami pun telah sampai dirumah. Aku langsung turun ke kamar Ranof untuk tidur. Bukannya tidur, malah aku bercerita terus sama Ranof sambil denger lagu yang galau abissss,
“ahh udah lah, Irsha mau tidur”, kataku singkat
“yah, neng masa mau tidur sih, mandi dulu gih sana”, ujarnya
“ah gak mau airnya dingin atuh”,
“Gue gangguin nih biar lu gak bisa tidur” ujarnya
“ yampun teganya juga. Jangan deh, kasih ganggunya 2 jam lagi aja”, pintaku
“yaudah tidur lah, ntar gue kasih bangun jam 4 oke”, sahutnya
“oke”. Aku pun langsung terlelap dalam tidurku. Disini udaranya dingin banget jadi enak buat tidur.
Saat aku terbangun aku melihat Ranof, Martin , Dana dan Vian tertidur dibawah.
“nah bilangnya, mau kasih bangun Irsha, sendirinya malah asik tidur disitu ckck”, ujarku, lalu aku pun kembali melanjutkan tidur siangku. Tak terasa hari menjadi sore Om Bowo pun membangunkan kami semua.
“bangun, bangun, bangun”, ucapnya
“mm, males ah, ngantukk”, jawabku.
“iya, si om nih ganggu aja”, jawab Dana juga
“yee borokokok wae, ayo bangun-bangun makan, jam 7 sudah nih”, kata Om Bowo
Melihat kami 1 pun tidak bergerak Om Bowo langsung menarik selimut kami berlima dan berkata “ayo bangun, Ranof bangun,  solat atuh”,
“iya Pah bentar”, sahutnya
“ayo bangun-bangun, makan”,
“ishh si om nih bah nda bisa liat orang tidur”, kataku
“yee borokokok, kita mau ke Ciater nih”,
“ngapain ke Ciater pah?” tanya Martin dengan setengah sadar.
“ya mau beremdam lah”, jawab Om Bowo
“malam-malam gini? Masuk angin lah, udah dingin berendam pula”, kataku lagi
“yee berendam air panas atuh neng geulis”, kata Ranof
Kami pun langsung bangun, dan naik keatas untuk makan malam. Hmm menu malam ini nasi liewet, tahu hancur dan pepes ayam. Wah nih perut keroncongan sudah, kataku dalam hati.
“neng mau makan lo-mie gak?”, tanya Ranof kepadaku, “mm, enak gak?”, “enak dong, ayo kita makan lo-mie, gue traktir deh”, ujarnya lagi.
****
Setelah pulang makan Lo-mie Ranof mengajakku ke Ice cream for Ice cream, tapi sayang tempatnya tutup, nyebelin deh. “yah tutup”, ujarku tak bersemangat. “tenang aja, kita cari ice cream di Ciwalk aja”, katanya dengan tenang. “tapi kan kita mau ke ciater ”, ujarku lagi. Dia pun langsung menjawab “kita ke ciater kan jam 1 kali neng”, “lah, itukan malam betul, dingin lah tuh”, ujarku. “ya makanya pake jaket atuh neng”, aku pun mengangguk pelan.
Kami pun makan Ice cream di Ciwalk sambil memandangi langit. Setelah itu, kami pun pulang kerumah. Sesampainya dirumah, aku mendengar suara pintu dibanting dari lantai atas. “beh, siapa juga tuh banting-banting pintu?” tanyaku heran, “biasa Sha, anak-anak yang ngekos di rumah gue”, jawab Martin.
Beberapa saat kemudian, kami mendengar suara orang nyanyi-nyanyi gak jelas dari atas. Aku melihat tante Lilis menggeleng-gelengkan kepala. Karena penasaran aku pun bertanya “siapa yg nyanyi-nyanyi jam segini, gak tau malam apa”, “maklum Sha, itu Manda anak kos sini juga, hobbynya nyanyi emang sama dugem. Jadi maklumin aja”.
Kami semua pun berkemas pakaian ganti. Setelah itu  kami pun langsung pergi ke ciater.  Ada yang naik mobil dan ada juga yang naik motor termasuk aku. Setelah melewati perkebunan teh, tercium bau belerang. Dan aku pun berkata “ ih bau apa nih? Kamu kentut yah Tin?” tanyaku sambil menutup hidung. “enak aja, bukan aku yang kentut, ini mah bau belerang atuh”, jawabnya. “oh bau belerang, ih gak enak baunya”, ujarku lagi.
Sesampainya disana kami langsung membuka pakaian dan pergi berendam dibebatuan. “wah panas airnya”, ujarku. Setelah berendam kami pun berfoto-foto ria didekat air terjunnya. Rasa cape pun hilang setelah berendam air panas. Setelah berendam kami pun langsung pulang kerumah. Gila jam 4 subuh sampai rumah, itu pun gara-gara macet di Puncrut.
****
“Sha udah mau tidur?” tanya Martin yang berbaring di bawah ranjangku. “mm, belum nih, gue belum mau tidur”, ujarku sambil asik mainin hp. “lu sms-an sama siapa sih Sha?” tanyanya lagi. “sama kakak kelas gue nih Tin”, jawabnya lagi. “ohh gitu”ujar Martin, “emang kenapa Tin?”, tanyaku, “gak apa-apa kok Sha, gue cuma nanya aja”.
Ternyata diam-diam Martin menyukai Irsha. Ada rasa cemburu saat Martin tau kalau Irsha sering sms-an sama temen cowoknya. Tapi ia tak mampu untuk mengungkapin isi hatinya ke Irsha.
“Tin, ohhh Martin”, panggil Irsha dari atas ranjang.
“apa Sha?”, jawabnya
“gue gak bisa tidur nih, jogging yo”, ajaknya
“ayo lah, kita jogging di taman aja ya” ujar Martin dengan semangat.
Akhirnya gue bisa punya waktu jalan berduaan dengan Irsha, pikirnya. “hei kok senyum-senyum?” tanya Irsha dengan heran. “gak apa-apa Sha, lagi senang aja nih hati gue”, “seneng kenapa lu, cerita dong sama gue”, ujar Irsha dengan penasaran. “ada aja, ra-ha-si-a”, ujar Martin sambil tersenyum manis. “ ahh jahat nda mau cerita”, kata Irsha dengan cemberut. Tiba-tiba Martin memegang pipi  Irsha dan berkata “ntar deh gue cerita, tapi jangan cemberut lagi. Ntar ilang loh cantiknya”, goda Martin. Irsha langsung tersenyum malu.
****
Bukannya jogging, Irsha dan Martin malah manjat pagar masuk ke dalam monumen. “bisa gak Sha, sini gue bantu”, “mm bisa kok, huuppp”, ujarnya. Melihat gadis itu manjat pagar tanpa kesusahan, Martin menjadi ingat kalau Irsha itu anaknya sedikit tomboy. Setelah itu, mereka berdua langsung berjalan menaiki tangga dan di dekat lambang burung garuda.
“Sha foto-foto yuk”, ajak Martin.
“ayo lah”, jawab Irsha dengan semangat. Dalam beberapa saat Irsha dan Martin sudah sibuk dengan gaya-gaya mereka. Mereka menggunakan timer otomatis untuk berfoto berdua. Mereka bergaya ala harajuku style. Tampang Irsha dan Martin emang manis dan cute. Mereka seperti pasangan serasi.
“wihh banyak juga foto kita berdua nih Tin”, ujar Irsha dengan bangga. Martin hanya tersenyum melihat Irsha gembira seperti ini. “Sha kirim dong ke hp gue”, pintanya. “oke gue kirim, kasih hidup tuh Bluetooth lu” katanya. “iya udah hidup nih”, ujar Martin. Setelah terkirim, Martin langsung menjadikan salah satu fotonya bersama Irsha sebagai wallpaper hpnya.
“wah kita serasa kayak orang pacaran yah Tin”, ujar Irsha
“iya Sha, serasi gak?” tanya Martin sambil tersenyum
“serasi aja kok, hehe” jawab Irsha dengan polos
            “mm Sha, lu mau gak jadi pacar gue”, tanya Martin sambil berharap manatap Irsha
“Hah, pacar? Lu serius Tin?” tanyanya dengan kaget. “serius Sha. Sebenarnya gu-gue udah suka lu”, kata Martin dengan gugup. “gue juga sebenarnya suka kok sama lu Tin”, jawab Irsha sambil tesenyum malu. “jadi, lu mau gak jadi pacar gue?” tanyanya lagi, “gue mau Tin”, jawabnya dengan malu. “jadi kita pacaran nih?” tanyanya, aku hanya menangguk sambil tersipu malu.
****
            Dana, Vian dan Ranof bingung saat melihatku nempel terus sama Martin. Vian pun bertanya “Sha lu berdua nempel mulu kayak perangko”, “iya gitu?” bukannya ngejawab aku malah nanya balik ke Vian. “lah lu nih, gue yang nanya, malah nanya balik”, ujar Vian. Aku hanya senyum-senyum aja dan pergi ninggalin mereka di ruang tamu.
            “heh Tin lu kok nempel terus sih sama Irsha, lu jadian yah”, ujar Dana menebak. “tebakan yang jitu bro”, jawab Martin sambil tersenyum. “wah, lu kebangetan nda mau cerita sama kita-kita”, sambung. “hehe, orang baru jadian tadi pagi juga”, ujarnya. “ya kan lu setidaknya, bilang lah sama kita-kita kalau lu suka sama dia”, ujar Dana sambil menepuk bahu Martin. “sorry bro, gue malu aja bilang sama kalian”, “halah lu pake acara malu segala, ckck”. Ranof yang diam dari tadi pun angkat bicara “gue pingin tau seberapa lama hubungan kalian ini”, “maksud lu?” tanya Martin bingung. “lu tau kan Irsha tuh anaknya cute and manis, pasti banyak yang suka lah sama dia, lu harus harus pinter-pinter ngejaga dia” ujar Ranof. “tapi kan Martin juga manis, cakep lagi”, sambung Vian.
            Tiba-tiba Irsha datang dan mereka pun berhenti berbicara dan pura-pura asik nonton. “wih serius amat kalian nonton?” ujar Irsha. “abisnya seru banget nih filmnya Sha”, jawab Ranof bohong. “oohh”. Irsha langsung duduk di sebelah Martin. Melihat itu Dana, Viand an Ranof tersenyum mengejek. “egh ntar malam jalan yuk” ajak Irsha. “egh ayo ayo, kita belum ada jalan ke mall deh kayaknya”, sambung Dana. “mau kemana?” tanya Martin, “yah terserah, kami kan belum tau mall-mall disini”, jawab Irsha. “yasudah kita ke PVJ aja” ujar Martin.
****
            Malamnya, setelah kami semua mandi dan berdandan, kami langsung pergi ke PVJ. Tapi sebelumnya, “tante minta uang dong 150rb aja tante” kataku dengan manis. “iya tante kami berdua juga tante”, ujar Dana dan Vian.
            Setelah dikasih uang mereka pun langsung pergi keluar. “duy enak yah yang baru jadian, kalau jalan bisa bergandengan tangan”, sindir Ranof “haha, makanya ajak dong pacarmu”, jawab Martin. “egh cepetan lu pada jalannya”, ujar Dana. Kami pun mempercepat langkah. Apalagi saat melewati guess house yang namanya kami rubah menjadi ghost house. Rumahnya serem loh, kayak yang difilm hantu suster ngesot tuh.
            “enak juga yah kalau jalan kaki gini malam-malam”, ujarku sebagai pembuka pembicaraan. “ya enak dong neng”, jawab Ranof sambil merangkul Irsha. Melihat itu Martin menjadi panas, tapi dia gak bisa marah sama Ranof, alhasil dia diam selama perjalanan.
            Sesampainya di PVJ Martin berada di belakang, ia tidak lagi berjalan bersampingan dengan Irsha. Karena Irsha satu-satunya cewek diantara mereka, otomatis Irsha sangat dimanja  dan di jaga oleh Dana,Vian dan Ranof. Kedekatan Irsha dengan ketiga cowok itu tambah membuat Martin panas. Tapi ia tak mungkin melarang Irsha dekat dengan mereka.
Saat memasuki PVJ banyak lelaki yang memperhatikan Irsha. Cewek satu ini terlihat manis dan imut dengan memakai baju ala harajuku style dan sepatu kets putih. Wajahnya yang natural dan bibirnya yang merah membuat para lelaki meliriknya, sampai ada yang berani ngajak Irsha berkenalan. Melihat hal itu Martin cepat-cepat maju menghampiri Irsha dan menggandengnya. “cie Martin cemburu eh”, goda Ranof. Martin hanya diam saja mendengar godaan Ranof. “udah tenang aja deh Tin, Irsha gak bakal diambil orang kok. Kita-kita bakal jagain dia buat lu”, sambung Vian. Irsha hanya bengong melihat kelakuan Martin yang aneh.
“gue laper”, ucap Irsha sambil memegang perutnya.
“yaudah kita cari makan aja yo”, ujar Martin.
“wah tapi cari yang murah meriah dan mengenyangkan Tin”, sambung Vian.
“ayo kearah sini, di ujung sana ada foodcourt ala jepang yang enak”, tunjuk Ranof
            Mereka pun berjalan mengikuti Ranof. Ranof dan Martin emang tinggal di bandung, tapi soal makanan Ranof lebih tau dari pada Martin. Martin dan Ranof emang kakak adik, tapi wajah mereka sangatlah tidak mirip. Martin mempunyai wajah yang cakep dan cute, senyumnya dapat menggetarkan hati setiap wanita yang melihatnya. Sedangkan Ranof orangnya cuek wajahnya cool dan manis, seperti artis korea.
            “gue pesan shabu-shabu” ucap Irsha.
            “gue juga deh” sahut Martin
            “yaudah semuanya shabu-shabu aja”, ujar Ranof
Setelah selesai makan, mereka pergi bermain ice skate di atas. Tempatnya keren loh, ada tamannya. Setelah selesai main, mereka berjalan-jalan sebentar dan langsung pulang.
****
Keesokan harinya, Irsha terlihat sibuk dengan hpnya. Sepertinya dia sedang asik sms-an, pikir Martin. Merasa dicuekin dan tidak di perhatikan, Martin pun pergi keluar meninggalkan Irsha di kamar. Irsha melihat kepergian Martin, tapi dia tidak berusaha mencegah Martin pergi. Ia malah sibuk dengan hpnya.
“kenapa lu sama Martin? “ tanya Ranof.
“gak kenapa-kenapa kok” jawab Irsha tanpa menoleh.
“tumben gak nempel kayak kemarin”, godanya.
“gak apa-apa” jawab Irsha singkat.
“hoo yasudah, aku keluar dulu” ujar Ranof, sambil beranjak dari kamar.
Sepeninggalnya Ranof, Irsha pun berniat pergi keluar rumah untuk jalan-jalan. Tak sengaja saat menaiki tangga, Irsha mendengar suara Martin dari sebuah kamar yang berada dekat dengan pintu keluar. Irsha mendengar suara seorang wanita yang sedang berbicara dengan Martin. Irsha pun mengintip dari jendela yang ada di dekat tangga. Kebetulan saja jendela kacanya ada yang bolong, jadi Irsha berjinjit untuk melihat kedalam. Dalam beberapa saat Irsha terkejut, wajahnya berubah menjadi marah becampur cemburu. Ia melihat Martin sedang berbaring-baring di atas paha wanita tersebut. Tapi Irsha tidak tahu siapa wanita itu. Irsha menahan amarahnya dan langsung berjalan ke arah loteng. Irsha naik ke atas genteng dan duduk disitu.
Tempat itu adalah tempat terbaik buat menangis. Irsha duduk sambil memeluk erat kedua kakinya dan menangis. Ia tak menyangka kalau Martin dapat berbuat seperti itu di belakangnya. Irsha mengeluarkan headset dari kantong celananya dan memasangnya di telinganya. Ia menangis sambil mendengarkan lagu-lagu sedih dari hpnya. Kebetulan juga cuaca sedang mendung, Irsha terus duduk disitu sampai sore hari sambil menangis.
            Tak lama setelah Irsha berhenti menangis, hpnya bergetar. Ternyata ada telpon, dan telpon itu dari Martin. Emang sebelumnya Martin sms Irsha, tetapi Irsha tak membalasnya, melainkan Irsha hapus smsnya.
From: ^beibh (+62389xxxx)
Kmu dmn sha? aq koq gk liat kmu dri tdi? Orng rmah pda nyariin kmu tuh.
Mungkin karena smsnya gak dibalas-balas, Martin langsung menelpon Irsha. Tapi percuma, Irsha sangat marah dan sakit hati terhadap Martin.Tiba-tiba saja Irsha mematikan hpnya dan ia kembali menangis.
“gue nyesel nerima lu Tin”, ujarnya dengan lirih
“gue kira lu bakal setia”,
“lu jahat! Gue benci lu”, ujar Irsha sambil menangis.
Tak terasa langit berubah menjadi gelap. Tetapi Irsha tetap saja bertahan di atas atap sambil merenung. Wajahnya terlihat pucat, matanya terlihat bengkak. Ia sudah menangis hampir seharian. Ia tak berniat turun kebawah. Irsha mendengar suara teman-temannya memanggil-manggil namanya. Tapi Irsha seperti orang tak bernyawa. Ia dia, tatapannya terlihat kosong. Dan tiba-tiba saja Irsha pingsan, dan kepalanya membentur atap. Rintik hujan mulai berjatuhan dari langit dan membasahi wajah dan seluruh tubuh gadis mungil ini.
****
            “apa mungkin Irsha ada di atap”, ujar Ranof. “atap mana?” tanya Dana. “ayo ikut gue, gue pernah liat Irsha jalan kearah atap”, ujar Ranof sambil berjalan menaiki tangga. Sesampainya diatap Martin melihat Irsha terbaring tak sadarkan diri dibawah naungan hujan. Dengan cepat ia mendekati tubuh gadis itu dan mengangkatnya sambil berteriak “Sha Sha, bangun Sha” teriaknya panik. “Tin, cepat bawa masuk”, teriak Vian. Sha apa yang terjadi dengan lu, ujar Martin dalam hati.
            Setelah dibawa turun dari atap, tubuh Irsha yang basah di baringkat diatas ranjang. “dia pingsan, sepertinya dia tidak makan seharian ini” ujar Ranof. “Dan ambilkan minyak kayu putih di kamar tante. Irsha harus sadar sebelum Papahku dan Mamahku datang, atau kita akan dapat masalah karena lalai ngejagain Irsha” perintah Ranof. Dana mengangguk dan langsung naik ke kamar tante Lilis dan mengambil minyak kayu putih, lalu membawanya turun ke kamar. “nih, minyaknya”, ujar Dana sambil memberikan minyak kayu putih yang sudah diambilnya. “Tin, lu kasih cium Irsha minyak kayu putih nih, gue mau bikinin teh hangat buat dia”, ujar Ranof sambil member Martin minyak kayu putih dan pergi ke dapur.
            “yampun Sha, lu kenapa bisa pingsan gini sih, badan lu dingin pula” ujar Martin.
            “kasih dia selimut Tin”, ujar Dana.
            Setelah beberapa saat pingsan, akhirnya Irsha sadar. Matanya terlihat bengkak dan wajahnya pucat. Hal itu membuat Dana, Martin, Vian dan Ranof bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa matanya bengakak?.
            “Sha lu kenapa?” tanya Martin dengan lembut sambil membelai rambut Irsha. Saat melihat Martin, tatapan Irsha berubah menjadi dingin, dia langsung membalikan badannya menghadap tembok. Melihat itu Martin menjadi bingung dan bertanya kembali “kamu kenapa? Kamu marah sama aku?” tanyanya. Irsha langsung menarik selimut hingga menutupi wajahnya. Saat Martin ingin bertanya lagi, Ranof memegang bahunya dan menyuruhnya keluar.
“kenapa?” tanya Martin.
“biarin dia dulu, mungkin dia gak mood bicara Tin” jawab Ranof dengan santai.
“dia terlihat marah sama gue Nof”,
“ia mungkin lu nyakitin dia”, jawab Ranof.
“gue gak tahu, gue bingung, Irsha gak mau bicara sama gue”,
“lu tenang aja, gue akan coba bicara sama dia, lu jangan ganggu dia dulu”,
“oke lah”, jawab Martin, lalu beranjak pergi meninggalkan Ranof.
            Setelah itu, Ranof masuk kekamarnya dan mencoba berbicara dengan Irsha. “Sha, kamu gak apa-apa?” tanyanya. Irsha langsung membuka selimutnya dan berbalik menghadap Ranof, “lu tau gak, tadi gue ngeliat Martin tidur di pangkuan cewek yang ada di kamar dekat tangga”. Mendengar itu Ranof menggeleng-geleng dan berkata “cewek itu namanya Manda, dia adalah mantannya Martin. Kapan kamu lihatnya?”. “tadi pagi Nof saat gue mau pergi keluar, gue..gue..” tiba-tiba Irsha mulai menangis lagi.
            Ternyata Martin mengintip mereka berdua dari balik tangga, Martin merasa bersalah telah membuat Irsha menangis. Ia tak bermaksud melukai hati cewek itu. Ia sayang dengan Irsha, tapi pagi itu otaknya benar-benar mumet dan ia tanpa sadar pergi ke kamar Manda dan tidur di pangkuan Manda.
****
            Paginya Irsha merasa lemah untuk bangun dari tempat tidur. Ia merasa pusing dan tak enak badan. Irsha baru ingat kalau semalaman ia mematikan hpnya. Tak lama beberapa saat Irsha mengaktifkan kembali hpnya. Ternyata ada 5 message masuk, dari Martin pikirnya.
From: ^beibh (+62389xxxx)
Maafin gw sha, gw gak maksud bikin lu terluka. Maafin gw yang soal Manda, gw nyesel. Gw janji gw gak bakal ngulangin lagi. Please sha, maafin gw. Gw sayang sama lu, gw bener-bener gak punya maksud nyakitin lu, gw gak pingin buat lu nangis lagi. Maafin gue sha.
            Setelah membaca sms itu, Irsha langsung melempar hpnya kesisi ranjang. Ia pun mencoba bangun dari tempat tidur. Akhirnya ia berhasil bangun dan berdiri, walau masih terasa pusing. Saat mencoba menaiki tangga, Irsha hampir saja terjatuh. Untuk saja ada Martin yang memegang tangan Irsha, hingga ia tak terjatuh. Irsha pun menoleh keatas dengan tampang kaget. Martin hanya tersenyum, saat Irsha melihatnya. Spontan Irsha menarik tangannya dari Martin.
            Saat melihat itu, Martin langsung berkata “maafin gue Sha, gue khilaf. Gue kemarin lagi mumet and gue gak sadar ngelakuinnya Sha. Please! Dengerin penjelasan gue dulu”. Melihat Martin memohon-mohon kepadanya, Irsha pun menjadi luluh. Ia langsung duduk di tangga dan siap menjadi pendengar yang baik. Melihat Irsha duduk, Martin langsung mulai menjelaskan semuanya panjang lebar. Setelah mendengar semua penjelasan itu, Irsha pun berkata “bagaimana bisa kamu cemburu sama teman kamu sendiri”, bentak Irsha. “mereka itu teman kamu! Dan mereka tahu kalau aku itu pacar kamu, harusnya kamu dewasa! Mereka hanya ngejagain aku, karena aku satu-satunya cewek diantara kalian. Kamu kebangetan Tin! Kita putus aja”, ujar Irsha dengan suara yang agak tinggi.
            Mendengar kata putus Martin menjadi terkejut, tiba-tiba saja dadanya menjadi sesak. Ia tak bisa ngomong apa-apa dalam beberapa saat. Irsha pun meninggalkan Martin ditangga sendirian. Martin sempat melihat butiran air mata yang meluncur di pipi Irsha. Ia tak sanggup untuk berkata-kata. Ia tak sanggup menyakiti hati gadis itu. Gadis yang iya cintai dan sayangin.

Love was a lighthouse guiding the way
We were two boats on the ocean
Following shadows that led us astray
Case of mistaken emotion

Suddenly you’ve drifted back to my arms
And while we were lost in the dark

Chorus:
Love stood still
Movin’ us together
Love stood still
Leading us towards each other
Now we’re back at the start
Cos while we were apart
Love stood still

Love was a fire burned down to the coast
Waiting for something to spark
We were two fireflies drawn to the glow
Singing you lit the flames in my heart

I had my reasons for letting you go
But holding you again i know


Now you ask me to say
I’ll always feel this way
Now then nothing has ever changed

(M.Y.M.P - Love Stood Still)
****
“hei makanan gak boleh digituin”, ujar tante Lilis saat melihat Martin mengudak-ngudak makanannya. “kamu kenapa? Ada masalah? Cerita dong dengan mamah”, tanya tante Lilis. Saat Martin ingin menjawab, Irsha datang dan duduk di depannya. Ia pun akhirnya tak jadi bercerita kepada mamahnya. “gak mah, Martin cuma gak nafsu makan aja”, setelah berkata seperti itu, Martin langsung pergi. Irsha sama sekali tak memperdulikan Martin lagi. Ia hanya diam, dan sibuk menghabiskan makanannya.
“wah bro lu kenapa? Kok muram aja gue liat”, tanya Andre saat Martin datang ke kamarnya dengan wajah ditekuk. Martin hanya menggeleng. “lu ada masalah sama cewek baru lu itu”, tebaknya. “gue di putusin bro”, jawabnya, “what? Apa? Seorang Martin sedih di putusin cewek?” ejeknya. “ini bukan lu yang gue kenal Tin”, ujarnya sambil menggeleng-geleng kepala. Martin menarik napas dalam-dalam dan mulai bercerita dengan Andre sahabatnya itu. “cewek ini beda Ndre, gue sayang banget sama dia. Dia anaknya baik, perhatian, manis, cute and manja”, “gue suka sama dia, and gue sayang banget sama dia bro” ujar Martin. Andre menjadi penasaran, cewek mana sih ini yang bisa membuat Martin seperti ini. “mana rokok lu bro?” tanya Martin. Segera Andre berdiri mengambil rorok yang ada di tasnya, dan melemparnya ke Martin. Martin lalu membuka bungkus rokok itu, mengambil satu batang dan membakarnya.
“Ndre, dugem yuk”, ajak Manda yang tiba-tiba menerobos masuk ke kamar Andre tanpa permisi dan mengejutkan Andre yang sedang tidur. Manda kaget mencium bau rokok di kamar Andre dan melihat Martin yang sedang tertidur. “kamar lu bau rokok Tin”, ujarnya. “tuh sih Martin tadi ngerokok, gila rokok gue dihabiskannya”, ujarnya sambil geleng-geleng melihat Martin. “gak biasanya dia merokok, emang dia kenapa?”, tanya Manda. “dia habis diputusin sama cewek barunya”, jawab Andre. “dia gak seperti Martin yang gue kenal”, lanjutnya lagi. Manda yang mendengar ucapan Andre pun tertawa. “hahaha, Martin.. Martin.. Lu tuh cengen banget sih jadi cowok, untung kita udah putus”, ujar Manda sambil tertawa. Sangkin nyaringnya suara tawanya, Martin pun terbangun. Saat Martin terbangun Manda langsung tersenyum sinis melihatnya dan dia pun keluar dari kamar Andre sambil tertawa kembali.
“kenapa dia Ndre?” tanya Martin dengan bingung.
“biasa orang gila”, jawab Andre sambil tertawa.
“ah sialan lu, gitu-gitu mantan gue tuh”, sahut Martin.
Setelah lama berada di kamar Andre, Martin pun turun kebawah dan bergegas untuk mandi. Saat keluar dari kamar mandi, tanpa sengaja Martin melihat Irsha sedang duduk melamun di depan kaca. Entah apa yang dipikirkan gadis itu. Martin hanya menunduk dan berbalik menuju kamarnya. Setelah berpakaian Martin pergi keruang tamu dan duduk di depan TV. Ia melihat Irsha masih duduk masih di depan kaca. Martin ingin hubungannya dengan Irsha kembali baik lagi, walau pun mereka tidak pacaran lagi. Martin mengeluarkan hpnya lalu dengan cepat jari tangannya mengetik.
To: Irsha Manis :D
Sha lagi apa?
Beberapa saat kemudian, hp Irsha berbunyi. Irsha membaca sms yang dikirim Marin, lalu dengan cepat membalasnya.
            To: +625347xxxxx
            Bwd apa tnya gw lgi apa? Mang pntng gtu?
Irsha membalas sms Martin dengan jutek. Martin pun membalas kembali.
            To: Irsha Manis :D
            Jgn jutek gtu dong sha

            To: +625347xxxxx
            Suka-suka Irsha dong! Gk ush sok pke sad emotion deh!

            To: Irsha Manis :D
            Mau sampe kpn marahnya? Gue kan udh mnta maaf

            To: +625347xxxxx
            Ya suka-suka gw dong!
****
Setelah itu, Martin tak lagi membalas sms Irsha. Ia bingung harus berbuat apa, akhirnya Martin pun pergi Camping bersama teman-teman sekolahnya.
Setelah kepergian Martin beberapa hari, Irsha pun menjadi rindu kepadanya. Ia menyesal telah besikap jutek padanya. Padahal di dalam hati kecilnya, ia masih mengharapkan Martin kembali kepadanya. Walau sebenarnya sulit untuk mengakuinya. Irsha setiap hari hanya bisa duduk diam di depan kaca sambil melihat-lihat foto dirinya bersama Martin saat berada di Monumen.
Sangking seriusnya, Irsha tak sadar bahwa ada Ranof yang berdiri dibelakangnya. “Sha, kamu kangen sama Martin” tanyanya sambil tersenyum. Irsha tersentak kaget mendengar suara Ranof dan melihat kebelakang. “ah lu, bikin gue kaget aja Nof”, ujar Irsha sambil menutup flap hpnya. “hey jawab dong pertanyaan gue, jangan mengalihkan pembicaraan”, ujar Ranof. Irsha pun menggeleng dan berkata “ia, gue emang kangen sama dia”. Ranof pun tersenyum dan berkata “kalau kamu kangen, kenapa kamu gak sms aja dia?” usulnya. “gue gak bisa, gue malu udah bentak-bentak dia dan jutek sama dia”, jawabnya dengan menyesal. “besok gue udah harus balik ke Jogja. Gue gak bakal sempat ketemu dia lagi”, ujar Irsha dengan sedih. Ranof mendekati Irsha dan memeluknya. Tanpa sadar Irsha meneteskan air matanya. Mereka diam sesaat, hanya isak tangis yang terdengar.
“jangan nangis Sha”, ujar Dana yang tiba-tiba turun dari tangga.
            Irsha menoleh kearah Dana. Dana datang dengan seorang pria yang tak dikenali oleh Irsha. Sepintas wajahnya mirip orang arab. Tapi dia terlihat manis dan imut. Walau bandannya agak kurus. Pria tersebut adalah Andre, sahabat Martin yang ngekos di kamar atas.
            Jadi ini yang namanya Irsha, pikir Andre sambil melihat gadis yang sedang ada dalam pelukan Ranof. Anaknya memang cantik, manis dan imut. Tak seperti Manda. Pantas saja Martin berubah, ujarnya dalam hati.
            “lu jangan nangis lagi”, ujar Dana lagi.
            “kita bertiga besok udah balik ke Jogja. Jadi lupakan dia” ujarnya lagi.
            “lu harus kembali kekehidupan semula lu”, ceramah Dana.
            Irsha hanya diam, mendengar ucapan Dana. Ia bingung harus melakukan apa. Ia tak mau berpisah dengan Martin. Irsha menghapus air matanya. Ia lalu berdiri untuk pergi.
“lu mau kemana Sha?” tanya Ranof.
“gue mau nyiapin barang-barang gue”, jawabnya dengan agak dingin.
“kita berangkat malam ini juga, ke Jakarta”, sambungnya lagi.
Setelah mengucapkan itu, Irsha langsung berbalik pergi meninggalkan mereka diruang tamu. Irsha kembali menangis sambil menyimpun barang-barangnya. Hari-hari yang ia lewati bersama Martin sekarang hanya tinggal kenangan. Ia tidak akan bertemu Martin dalam jangka waktu yang lama.
****
Malam harinya, Irsha, Dana, dan Vian sudah bersiap untuk meninggalkan kota Bandung. Tante Lilis dan Om Bowo akan berada di Bandung untuk beberapa minggu lagi. Sedangkan waktu liburan mereka sudah habis. Setelah berpamitan kepada orang rumah, mereka bertiga langsung masuk kedalam taksi yang akan mengantar mereka ke BSP untuk naik bus.
Didalam taksi Irsha mengeluarkan hpnya. Ia memberanikan diri untuk mengirim sms ke Martin.
To: +625347xxxxx
Gw pamit yah! Maafin semua sikap gw yg kekanak2an.
Setelah mengirim sms ke Martin, Irsha langsung memasang headset ke telinganya dan memutar lagu-lagu yang ada di hpnya. Ia terus melihat hpnya, berharap Martin akan membalasnya. Tetapi, sampai Irsha tiba di bandara Jakarta pun, Martin belum ada membalas smsnya. Irsha menarik napas dalam-dalam dan berkata dalam hati bye Tin, I love u.
Tak berselang beberapa saat, Irsha, Vian dan Dana udah berada didalam pesawat. Mereka menempuh perjalanan sekitar 2 jam menuju Jogja. Di dalam pesawat Irsha tak merasa mabuk lagi. Ia tidur disebelah Vian dengan wajah tenang.
*****
Pesawat mereka akhirnya mendarat di Bandara  Adisutjipto. Rasanya senang sekali bisa menghirup udara Yogyakarta ini. Kami bertiga berpisah di bandara. Saat dalan perjalanan menuju rumah, hpku bergetar. Ternyata sms dari Martin.
From: +625347xxxxx
Maafin gw juga! Gw gak sempat ktemu lu. Nd gw gk sempt say goodbye!
Setelah melihat sms Martin, Irsha menjadi sedih kembali saat mengingat saat-saat bersama dirinya di Bandung. Tetapi ia mencoba melupakan kenangan buruk tersebut. Dan mencoba menjalani hidup seperti saat sebelum ia pergi berlibur.
Keesokan harinya, anak-anak sudah kembali ke sekolah mereka. Tahun ajaran barupun di mulai. Irsha pergi sekolah seperti biasa dengan menggunakan bandoo berwarna Kuning dan sepatu Kets warna putih.
“wihh udah ceria lagi nih yee”, goda Vian.
“udah dong”, jawabnya sambil tersenyum.
“kita kan gak boleh melihat kebelakang terus” ujarnya lagi dengan tenang.
            Akhirnya Irsha kembali ceria dan semangat lagi. Ia telah melupakan liburannya yang menyedihkan itu dan tak ingin mengingatnya lagi.
*****
            Hari-hari disekolah membuat Irsha sibuk dengan segala macam tugasnya. Dana dan Vian senang melihat Irsha kembali seperti semula. Kembali menjadi Irsha yang cerewet, jutek dan sok tahu.
“wahh, nih tugas gak selesai-selesai bah. Muyak aku ngerjainnya”, umpat Irsha dengan wajah kesal. Dana dan Vian tertawa mendengar Irsha marah-marah gak jelas. “apa lu ketawa? Emang ada yang lucu”, bentak Irsha. Dana dan Vian langsung tunduk sambil menahan tawa.
Ddrrrrttt… hp itu bergetar didalam laci meja Irsha. Saat dibuka ternyata itu…
From: +625347xxxxx
Hy sha, apa kabar :D
Tiba-tiba Irsha menjadi diam membaca sms itu. Buat apa Martin sms gue lagi, pikirnya dalam hati. Dia teringat lagi dengan kenangan buruk saat liburan kemarin. Irsha langsung menutup flpt hpnya dan memasukannya kedalam saku bajunya.
Teng..teng..teng..
Bel istirahat berbunyi, dengan cepat aku menutup bukuku dan pergi keluar. Aku mengeluarkan hpku dari saku sambil berjalan menuju taman sekolah. Aku langsung duduk dibawah pohon besar. Aku membuka flap hpku dan membalas sms Martin.
To: +625347xxxxx
Hy jga Tin, kbr gw baik2 aja koq. Sori bu bls, bru bel istrht ni
Beberapa saat kemudian hp Irsha bergetar. Ia berharap itu sms dari Martin. Dia sungguh-sungguh merindukan cowok itu. Ternyata sms itu memang dari Martin. Irsha tersenyum membacanya.
From: +625347xxxxx
Gk pngen tw nie kbr gw gmn? :p
            Irsha pun membalas sambil tersenyum. Hatinya sangat senang, saat Martin mengesmsnya. Ia sejenak melupakan kenangan buruknya bersama Martin. Sepertinya Irsha sangat bahagia bisa berhubungan lagi dengan Martin. Sampai dikelas pun Irsha tak berhenti sms-an dengan Martin.
            Dana dan Vian yang duduk dibelakangnya, penasaran dengan siapa Irsha sms-an. Dana pun memukul pundak Irsha. Saat Irsha bebralik kebelakang, Vian langsung bertanya “dengan siapa sih lu sms-an? Kok dari tadi gak selesai-selesai sih”, tanyanya. Irsha menjawab sambil tersenyum “sama Martin “. Spontan Dana dan Vian tersentak kaget mendengar nama Martin lagi. “loh kenapa kalian kaget?” tanya Irsha. “lu kok masih berhubungan lagi dengan dia. Bukannya dia udah nyakitin hati lu Sha?”, ujar Vian dengan suara seperti berbisik. “gue udah ngelupain itu kok, dan sikap gue saat itu sangat kekanak-kanakan”, jawabnya sambil membalikan badannya menghadap kedepan, agar tak dicurigai oleh Bu Inun. Mendengar jawaban itu Vian dan Dana hanya menggeleng.
*****
            Hari-hari gue semakin indah. Hampir tiap waktu aku terus sms-an, telponan, dan chattingan dengan Martin. Dan tiba-tiba perasaan itu datang lagi. Perasaan suka yang sangat amat dalam kepada Martin.
            Setiap hpnya berbunyi atau bergetar Irsha dengan cepat mengambil hpnya. Dan kali ini hpnya berbunyi. Dengan cepat Irsha menghempaskan badannya keatas tempat tidur dan meraih hpnya.
From: +6543777xxxxx
Hy, ini Irsha yah?
Setelah membaca sms itu, alis Irsha mengkerut dan ia pun berkata “nomor siapa lagi nih?” ujarnya. Dengan cepat Irsha membalas sms tersebut.
To: +6543777xxxxx
Ia nie Irsha. Siapa yah?
Tak beberapa lama kemudian hp Irsha bergetar lagi.
From: +6543777xxxxx
Gw Steven ank SMA Putra 1. Masih inget gak?
Irsha menjadi tambah bingung, seingatnya ia tidak memiliki teman yang bernama Steven dari SMA Putra. Tanpa pikir panjang Irsha langsung membalas sms itu.
From: +6543777xxxxx
Mm maaf gak inget. Mang prnahh knl gtu?

From: +6543777xxxxx
Gw yg dulu nolongn lu wktu tergelincir di Shabuga Bandung. Gw ank Jogja yg mnta nmr lu

 “ooh rupanya sih cowok ganteng”, ujarnya sambil membalas sms Steven.

To: +6543777xxxxx
Oh, lu. Iye gw ingat

Setelah itu, Steven tak lagi membalas sms Irsha. Irsha lalu memasukan hp itu kekantungnya dan pergi menuju sebuah Café yang terletak tak jauh dari rumahnya. Irsha sekarang punya mobil sendiri. Ayahnya memberinya sebuah mobil baru berwarna silver. Karena ayahnya sangat sibuk dan tak punya waktu untuk mengantar jemputnya lagi.
            Dengan mengendarai mobil barunya itu, Irsha melaju menuju Café Beverlie. Sesampainya di café tersebut, Irsha langsung memarkir mobilnya dan berjalan masuk kedalam dengan cepat. Di dalam sudah ada Nissa dan Riani yang menunggunya.
“tuh datang dia”, ujar Nissa saat Irsha mendekat
“sori gue telat”, ucapku sambil tersenyum.
“lu berdua sudah pada makan?” tanya Irsha sambil menarik kursi.
“belum, kita kan nunggu lu Sha”, jawab Riani.
“oke pesan udah, gue laper nih. Gue pesan yang seperti biasa aja”, ujar Irsha sambil mengambil hpnya yang ada dikantung celananya.
*****
            “wah lu kebangetan Sha, ke café nda ngajak-ngajak gue sama Vian”, omel Dana saat menelpon Irsha. Dana adalah salah satu sahabat Irsha. Selain Dana ada juga, Riani, Nissa, dan Vian. Mereka berlima sudah bersahabat mulai dari SMP. Dan kebetulan mereka sekelas terus hingga sekarang. Sahabat terbaik yang dimiliki Irsha.
“Sha gue dengar lu dekat lagi sama mantan lu yang namanya Atin itu yah”, ujar Nissa sambil memakan ice creamnya. “Martin mba jeng namanya, bukan Atin”, sela Riani. “Ah sama aja, ada Tin tinnya juga belakangnya”, sahut Nissa tak peduli.
“weh seenaknya nah yah ngubah-ngubah nama orang” ujar Riani lagi. Irsha yang melihat kedua sahabatnya itu pun tertawa. “lu tau dari mana gue dekat sama dia lagi?” tanya Irsha disela tawanya. “dari Dana sama Vian” jawab Nissa dengan cepat. “wah memang anak dua tuh ember. Awas aja mereka entar kalau ketemu gue. Gue lipat jadi 4 anak dua tu”, umpat Irsha sambil meremes-remes tangannya. Melihat itu Nissa dan Riani tertawa geli. “jadi lu pacaran lagi sama dia?” tanya Riani. “ya gak lah Ni, gue Cuma temenan doing kok”, jawab Irsha sambil tersenyum manis kepada Riani.
“ngekkk! Irsha bah tuh Ni, nda mungkin kalau Cuma teman”, sahut Nissa dengan cepat. “haha iya gue tau”, jawab Riani. “weh weh weh apa maksud nih?”. “maksudnya lu bayarin kami ice cream, kami nda bawa duit”, ucap Nissa cepat sambil tersenyum memohon. “enak aja, BSS” jawab Irsha cepat. “iya BSS (bayarkan saya sekalian) haha”, sahut Nissa lagi. “ah sialan lu” tunjuk Irsha. “yaudah deh gue traktir, dengan syarat gak boleh nanya-nanya soal Martin lagi”, ujar Irsha lagi. Kedua sahabatnya langsung mengacungkan dua jempol mereka kearah Irsha sambil tersenyum puas.
            Sepulang dari tempat tongkrongnya, Irsha langsung masuk ke dalam kamarnya. Seperti biasa, ganti baju, nyalakan AC dan tape yang ada dikamarnya lalu menghempaskan diri ketempat tidur. Itu lah kegiatan yang biasa dilakukan Irsha setelah pulang dari tempat kumpulnya. Sambil sedikit bernyanyi nyanyi Irsha mengeluarkan hp dari dalam tasnya. Ternyata ada 4 panggilan tak terjawab. Matanya melebar saat melihat nama orang yang menelponnya itu. Martin, batinnya senang.
            Cuaca yang tak bersahabat. Sore itu kotaku masih saja diguyur dengan huajan. Hujan yang turun membasahi setiap sudut kotaku tercinta. Aku duduk bersila di atas ranjangku sambil menatap keluar jendela. Pikiranku pun menerawang akan kejadian yang lalu. Seolah semua memori pada saat itu terputar kembali bak sebuah kaset.
“Sha, maafin aku jika ungkapanku saat ini akan membuatmu kecewa atau pun sedih. Tapii.. aku sama sekali gak punya maksud untuk membuatmu seperti itu. Aku rasa hubungan kita cukup sampai disini saja. Aku harus pergi keluar negeri untuk melanjutkan studyku..” ucap Kevin sambil menatap lurus mata Irsha. Irsha pun terdiam mendengar ucapan Kevin itu. Hatinya mulai sakit, ia tak percaya dengan apa yang baru saja Kevin katakan. Tanpa terasa air matanya mengalir membasahi wajah mungilnya.
“kamu bercanda kan Vin?” ucapnya sambil menyeka air matanya dan mencoba tersenyum.
Kevin hanya menggeleng, lalu ia menarik tubuh gadis mungil itu kedalam dekapannya. “gak Sha, aku serius. Maafin aku Sha. Aku sebenarnya gak ingin pergi. Tapi mama memaksaku untuk lanjut ke London. Dia gak mau aku disini. Dia takut aku bakal ikut-ikutan balapan liar seperti almarhum kakakku dulu. Makanya ia memaksaku kesana”. Jelas Kevin sambil terus memeluk Irsha.
“tapi kan kamu bisa nolak Vin”,
“gak bisa Sha. Aku gak mau membuat mama marah”, jawab Kevin.
Irsha tak dapat berkata apa-apa lagi. Hanya isak tangis saja yang terdengar dari gadis ini. Irsha tak percaya, cowok yang selalu ada untuk mengisi hari-harinya, yang selalu setia menemaninya dalam setiap keadaan apapun harus pergi meninggalkannya dan mengakhiri hubungannya. Malam itu terasa sangat panjang bagi Irsha.
            Mengingat kejadian itu air mata Irsha mengalir. Tak terasa sudah 2 tahun berlalu semenjak kejadian itu terjadi. Dan luka lama itu seperti terbuka kembali. Ia tak tahu mengapa tiba-tiba dirinya teringat dengan sosok Kevin yang telah lama pergi meninggalkan luka dihati. Dan ternyata ia sangat merindukan sosok yang telah lama meninggalkannya itu. “Gue kangen lu Vin”, bisiknya.
***
Tok..tok..tokk..
“Sha, bangun sayang. Sudah pagi, kamu gak sekolah?” terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar disertai suara lembut mama yang dengan sekejap membangunkan Irsha dari tidurnya.
“iya ma, Irsha bangun”, jawab Irsha dengan suara yang agak lemah.
“Yasudah buruan mandi, entar telat loh”, ujar mama lagi.
“iya, ma..”
Ia pun turun dari tempat tidurnya dan langsung menuju kamar mandi. Setelah mandi, Irsha pun bersiap-siap lalu turun kebawah untuk sarapan. Setelah sarapan Irsha berpamitan kepada mama dan ayahnya tercinta.
Sepanjang perjalanan, Irsha terus berpikir. Mengapa ia tiba-tiba teringat masa lalunya bersama Kevin. Padahal selama ini ia sudah tak pernah mengingat-ingat Kevin lagi. Irsha menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata “gue gak boleh ngingat-ngingat kejadian itu lagi” tukasnya.
Sesampainya disekolah ia tidak langsung menuju kelasnya, melainkan menuju ruang OSIS. Irsha termasuk anggota OSIS yang aktif dalam setiap kegiatan. Kali ini OSIS akan mengadakan kegiatan Lintas Alam dengan tema “Adventure in Nature Harmony”. Kegiatan itu menyita banyak waktu belajar Irsha disekolah maupun dirumah. Irsha terlihat sangat sibuk. Ia harus menyiapkan banyak barang untuk kegiatan yang akan dilaksanakan dalam beberapa hari lagi.
“Sha, lu udah bikin formulir pendaftaran sama brosurnya kah”, tanya Fajar.
Irsha pun menyerahkan kertas yang dipegangnya sambil berkata “udah nih” sodornya. “kalau begitu hari ini kita langsung masuk kekelas-kelas untuk membagikan formulir dan selebaran ini”, ujar Fajar selaku ketua OSIS. “Jar mending jam ke 3-4 aja kita bagikannya”, usul Mitha. “iya Jar, gue juga ada ulangan nih”, sahut Ilham. “yaudah deh, sekarang kita balik ke kelas masing-masing. Entar kalau udah bel jam 3-4, kita kumpul disini”, jawab Fajar. “oh yah satu lagi, yang ikut masuk kekelas-kelas cuma gue, Mitha, Irsha, Ilham, Riski, Marsha, sama Dylan. Yang lainnya gak usah” tambah Fajar.
            Dengan setengah berlari bergegas menuju kelasnya. “wah ibu Arum masuk gak sudah yah?” ujarnya sambil melihat jam. Sesampainya di depan kelas, Irsha bernapas lega. Ternyata bu Arum belum masuk kekelasnya. Berarti ia gak bakal di introgasi di dalam kelas karena telat masuk.
“Sha, lu kok telat? Untung aja bu Arum belum masuk”, tanya Nissa yang duduk disebelah Irsha.
“Gue, tadi mampir.. dulu ke ruang OSIS bentar”, jawabnya dengan terengah-engah.
“egh udah ambil jurnal kah?” tanya Irsha.
“belum ada, sih Sohir juga gak nganter ke kelas” jawab Nissa.
            Irsha bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruang guru yang berada di dekat kelasnya, untuk mengambil absen dan jurnal harian. Tanpa permisi Irsha langsung masuk kedalam ruang guru dan menghampiri Sohir sambil berkata “X-E”. Sohir langsung mencari absen kelas X-E, lalu mengambil jurnal dan memberinya kepada Irsha. “makasih” ucap Irsha sebelum ia membalikan badan dan pergi meninggalkan ruang guru.
***
Teng..teng..teng..
Suara lonceng tanda pergantian pelajaran pun berbunyi. Kebetulan pelajaran sebelunnya bu Arum tidak masuk. “Ian, gue ke ruang OSIS dulu yah. Gue ijin gak ikut pelajaran 3-4 ini”, ujar Irsha. Belum sempat Vian menjawab, Irsha sudah pergi meninggalkan meja Vian.
Sesampainya diruang OSIS Irsha duduk diam diatas meja sambil menunggu teman-temannya yang lain datang. Tak beberapa lama, mereka semua telah berkumpul. “oke gue, karna semua udah ngumpul, langsung aja kita masuk ke kelas-kelas”, perintah Fajar sambil menyerahkan kertas yang ia pegang kepada Dylan dan Irsha. “kita mulai dari kelas sepuluh dulu aja”, ujar Fajar lagi.
Setelah, itu mereka pun masuk ke kelas sepuluh satu persatu. Setelah selesai merek masuk kekelas sebelah dan yang terakhir kelas duabelas. Masuk ke kelas-kelas sangat membutuhkan keberanian. Dan orang yang paling cuek dan berani hanya Irsha seorang. Dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas hanya ia sendiri yang ngomong memberikan informasi. Walau pun sempat di telak anak kelas dua belas, ia tetap cuek dan kelihatan santai saat bebicara di depan kakak kelasnya itu. Alhasil ia dimanfaatkan oleh teman-temannya untuk masuk dan berbicara di dalam kelas sendiri. Irsha nurut aja sama apa yang teman-temannya perintahkan.
Saat masuk ke kelas dua belas, Irsha banyak dikagumin. Banyak yang meminta nomor hp Irsha saat Irsha keluar dari kelas mereka. “WOW.. gila, sie Irsha dimintain nomornya sama kakak kelas”, ujar Riski kagum. Sebenarnya wajar aja mereka meminta nomor hp Irsha. Irsha emang gadis yang cantik dan manis. Siapa pun yang melihatnya sudah pasti akan tertarik untuk mengenalnya lebih dekat.
“heh gendut, wajar dong dia dimintain nomornya”, sahut Mitha.
“ia, lu gak nyadar apa. Irsha tuh cantik, masih, cute lagi” jawab Bowo yang tiba-tiba muncul disebelah Mitha. “eh Wo, ngapain lu disini?”, tanya Mitha heran. “gue mau ikut kalian masuk ke kelas-kelas bah. Males gue belajar”, jawab Bowo. “lu kan bukan OSIS Wo”, ujar Riski. “emang bukan, tapi kan gue ketua MPK, jadi gue boleh ikut dong. Ya kan Jar?”. Jawab Bowo sambil menaik turunkan alisnya di hadapan Fajar. “mana-manamu lah Wo”, jawab Fajar sambil tersenyum.
“egh gue balik ke kelas dulu yah”, ujar Irsha.
“yah, Sha, ipa 1, ipa 4 sama bahasa belum Sha”, sahut Ilham.
“iss, kalian lah yang masuk yah, gue mau ngumpul makalah”, ujar Irsha cepat sebelum meninggalkan teman-temannya di koridor lantai 2. “egh Sha tunggu”, teriak Ilham. Tetapi Irsha tak menghiraukannya. Ia berlari menuju kelasnya yang terletak di lantai 3 itu.
Sesampainya di kelas Irsha, langsung menuju bangkunya. “egh makalah kita sudah selesai kah?” tanya Irsha dengan napas yang tersengal-sengal. “udah, tapi belum di print”, jawab Rianni dengan santainya. “what?? Apa?? Belum di print? Astaga”, ujar Irsha kaget. “ayo lah kita print di warnet depan, mumpung bapak nda masuk nih”, ujar Vian dari belakang. “ayo lah kita print, tapi patungan” kata Irsha.
Irsha, Rianni dan Vian pun pergi keluar menuju warnet. “egh lu berdua aja yang masuk, gue tunggu diluar sini aja”, ujar Irsha. “yaudah lu aja Ian yang ngeprint, gue sama Irsha nunggu disini”, ujar Rianni sambil duduk disebelah Irsha. “yaudah deh, awas lu dua ninggal gue yah”, ancam Vian. “iya bah Vian” ujar Rianni.
Sambil menunggu Vian di dalam, Irsha tak sengaja melihat tukang es doger nangkring di depan dealer motor. Dengan cepat Irsha bangkit dari tempat duduknya dan pergi menghampiri tukang jual es doger itu. “mas esnya satu dong..”, ujar Irsha bersamaan dengan cowok yang tiba-tiba muncul dari mobil avanza hitam. Irsha pun spontan menoleh kearah pria itu. Matanya membelakak kaget melihat siapa yang berbicara bersamaan dengannya itu. “Kevin..” ujar Irsha sambil menutup mulutnya. Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat. Pria itu pun temundur seketika. “Irsha”, ujarnya dengan kaget. Tiba-tiba kenangan akan kejadian lalu itu pun terputar kembali di otak Irsha. “ini neng” kata orang yang jualan itu memecah keheningan. Dengan cepat Irsha mengambil uang disaku baju dan membayarnya. Lalu ia berbalik pergi meninggalkan Kevin disitu.
Kevin pun tidak tinggal diam, ia menarik tangan Irsha. “please, jangan pergi”, ujarnya. “maaf Vin, gue harus pergi”. “Sha, gue mau ngomong sebentar sama lu”, ujar Kevin. “mau ngomong apa, udah deh. Anggap aja kita itu gak pernah kenal, apalagi berhubungan”. Jawab Irsha. “please Sha..”, ujar Kevin dengan nada memohon. “lepaasin gue Vin. Gue..gue..gue..”, tiba-tiba Irsha mengeluarkan air matanya. Ia tak sanggup menahan emosiya. Kevin yang melihat itu, langsung memeluk Irsha sambil berbisik “gue kembali Sha”, “kali ini gue gak bakal ninggalin lu, gue janji” tukasnya lagi. Mendengar ucapan itu, Irsha langsung mundur dari pelukan Kevin
“Sha, ayo masuk”, teriak Rianni. Irsha pun menoleh dan berkata “ia sebentar”. “gue gak ngarepin lu kembali lagi ke kehidupan gue Vin. Gue masuk dulu”, ujar Irsha dengan dingin lalu pergi meninggalkan Kevin. Kevin menghela napas lalu berteriak “gue kembali buat lu Sha”.
***


Bersambung. . .